RS. Mitra Medika Premiere
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis adalah kondisi medis ketika terdapat gumpalan darah (trombus) yang menyumbat satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Deep vein thrombosis biasanya terbentuk pada pembuluh darah vena di area paha atau betis.
Lantas, apa penyebab deep vein thrombosis dan bagaimana cara mengobatinya? Mari temukan jawaban selengkapnya melalui artikel berikut ini.
Apa itu Deep Vein Thrombosis (Trombosis Vena Dalam)?
Vena adalah jenis pembuluh darah yang mengalirkan darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh melalui arteri kemudian mengalir lewat pembuluh darah kapiler dan vena sebelum akhirnya kembali ke jantung.
Vena terdiri atas dua macam, yaitu vena dangkal dan vena dalam. Vena dangkal terletak di dekat kulit dan bisa dilihat dengan jelas. Sedangkan vena dalam terletak lebih dalam di dalam tubuh dan lebih sulit dilihat. Vena dalam membawa darah kembali dari kaki dan panggul ke jantung.
Bekuan darah deep vein thrombosis bisa amat membahayakan karena dapat menyebabkan kondisi yang disebut emboli paru-paru. Dalam kondisi ini, bekuan darah terlepas dan bergerak melalui aliran darah menuju paru-paru dan bisa menyumbat pembuluh darah. Akibatnya, individu yang mengalaminya akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal. Karena itu, penting untuk mengenali tanda dan gejala deep vein thrombosis dan segera mencari pertolongan medis ketika mengalaminya.
Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah bekuan darah yang terbentuk di vena dalam, biasanya di tungkai bawah. Kondisi ini cukup serius, karena terkadang bekuan darah tersebut bisa pecah dan mengalir melalui peredaran darah ke organ-organ vital. Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai gangguan hingga kematian.
Faktor resiko terjadinya DVT
• Duduk lama dalam penerbangan jauh di atas 6 jam (long haul flight), atau bahkan sudah bisa bermanifestasi dalam penerbangan pendek, jika orang tersebut memiliki kondisi tertentu, terutama komorbid.
• Kondisi medis lainnya seperti gangguan pembekuan darah, kanker, obesitas, penyakit jantung, penggunaan kontrasepsi hormonal, terapi hormonal, riwayat keluarga yang menderita DVT, serta kehamilan.
Apa saja gejala yang bisa terjadi pada DVT?
o Bengkak pada salah satu kaki yang mengalami DVT, terutama di bagian betis.
o Permukaan kulit kaki yang terdampak akan membentuk cekungan saat disentuh atau ditekan dan membutuhkan waktu lama untuk hilang (pitting edema).
o Perubahan warna kaki menjadi kemerahan, keunguan, atau lebih gelap.
o Kaki yang terdampak DVT terasa hangat saat disentuh.
o Kaki terasa kram, kebas, atau mati rasa.
o Nyeri yang semakin memburuk saat menekuk kaki.
Bagaimana cara mendiagnosis DVT?
Tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis deep vein thrombosis adalah ultrasonografi (USG) doppler. Lewat tes ini, dokter bisa langsung melihat pembuluh darah pada kaki dan mengetahui ada-tidaknya bekuan darah.
Tes lain yang mungkin digunakan adalah venografi kontras dengan cara menyuntikkan pewarna kontras ke dalam pembuluh darah pada kaki atau panggul, lalu melakukan pemindaian untuk mengidentifikasi tanda-tanda deep vein thrombosis.
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan D-dimer blood test. D-dimer merupakan sejenis protein yang terbentuk ketika bekuan atau gumpalan darah terpecah atau terurai.
Pencegahan terjadinya DVT
o Jika menjalani tirah baring (bed rest) dalam jangka waktu lama, disarankan untuk menggerakkan kaki atau berjalan sesekali guna menjaga aliran darah agar tetap lancar.
o Rutin melakukan peregangan (stretching) kaki, berdiri, atau berjalan (jika memungkinkan) saat sedang dalam perjalanan panjang atau melakukan pekerjaan yang mengharuskan duduk dalam waktu lama.
o Mengonsumsi obat antikoagulan sesuai dengan anjuran dokter.
o Tidak merokok.
o Menjaga berat badan ideal dengan rutin berolahraga serta mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang untuk mencegah obesitas yang menjadi faktor risiko DVT.
Ketika merasa mengalami gejala deep vein thrombosis, penting untuk segera mendatangi dokter guna menjalani pemeriksaan. Tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa. Makin cepat penanganan, makin besar peluang kesembuhan.