RS. Mitra Medika Premiere
Lepra atau kusta adalah gangguan pada kulit akibat infeksi bakteri kronis. Gangguan ini sering kali ditandai dengan mati rasa pada tungkai dan kaki, kemudian disertai timbulnya lesi pada kulit. Penyakit kusta dapat menyebar melalui percikan ludah ketika pengidapnya batuk atau bersin.
Di Indonesia sendiri, kusta adalah penyakit yang umum terjadi, bahkan termasuk tertinggi. Berdasarkan data terakhir dari WHO pada tahun 2020, jumlah kasus kusta di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia, yaitu sebanyak 8%.
Banyak mitos-mitos yang berkembang mengenai sakit kusta. Meski dapat menular, namun kusta adalah jenis penyakit kulit yang dapat ditangani dan jarang menjadi penyebab kematian. Namun, infeksi bakteri ini berisiko mengakibatkan kecacatan pada pengidapnya.
Penyebab kusta
Kusta atau lepra disebabkan oleh organisme intraseluler obligat Mycobacterium leprae. Bakteri ini merupakan kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yg tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif.
Kuman dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.
Bakteri kusta ini mengalami proses perkembangbiakan 2-3 minggu, pertahanan bakteri ini dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 hari di luar tubuh manusia dengan masa inkubasi rata-rata 2 – 5tahun.
Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.
Seseorang dapat tertular kusta jika mengalami kontak dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya.
Gejala penyakit kusta
Penyakit Kusta adalah gangguan atau kelainan pada kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang jaringan kulit.
Berikut merupakan gejala umum atau ciri-ciri penyakit Kusta yang seringkali dialami oleh penderita:
• Bercak pada kulit yang berwarna lebih terang ataupun pucat daripada warna kulit di sekitarnya, kadang-kadang bercak bisa juga berwarna kemerahan disertai dengan gangguan sensorik seperti mati rasa. Bercak atau lesi pada kulit tidak terasa gatal ataupun nyeri. Bercak tersebut juga tidak dapat menghasilkan keringat, atau dalam bahasa medis disebut anhidrosis.
• Gangguan fungsi sensorik dan motorik yang terjadi karena infeksi pada kulit menyerang saraf perifer (saraf yang mampu membuat manusia merasakan sensasi fisik dan menjaga keseimbangan tubuh). Biasanya gangguan fungsi sensorik terjadi pada telapak tangan ataupun telapak kaki yang mati rasa. Contoh dari gangguan fungsi motorik yang sering dialami oleh penderita kusta, adalah tangan kesulitan menggenggam sesuatu serta kelumpuhan otot tangan dan kaki secara permanen.
• Ketika bagian kaki penderita sudah berkurang sensasinya atau mati rasa, pembentukan luka secara tidak sengaja atau tidak disadari yang terjadi pada penderitanya dapat menyebabkan luka lama-lama mengalami infeksi karena penanganan yang mungkin terlambat.
• Pada penderita Kusta yang lebih berat, sistem imun pasien yang lebih rendah dapat mendorong penyebaran bercak yang lebih banyak ke seluruh tubuh dan dapat ditemukan adanya deformitas pada wajah berupa perubahan bentuk pada muka, telinga dan hidung. Kemudian, alis ataupun bulu mata biasanya mengalami kerontokan secara permanen. Pada komplikasi lebih lanjut, biasanya jari-jari tangan ataupun jari-jari kaki bisa terjadi self-mutilating ataupun deformitas.
Diagnosa kusta
Untuk mendiagnosis kusta atau lepra, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, kemudian memeriksa kulit pasien. Dokter akan memeriksa apakah ada lesi di kulit sebagai gejala kusta atau tidak. Lesi lepra pada kulit biasanya berwarna pucat atau merah (hipopigmentasi) dan mati rasa.
Untuk memastikan apakah pasien menderita lepra, dokter akan mengambil sampel kulit dengan cara dikerok (skin smear). Sampel kulit ini kemudian akan dianalisis di laboratorium untuk mengecek keberadaan bakteri Mycobacterium leprae.
Di daerah endemik lepra, seseorang dapat didiagnosis menderita lepra meskipun pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hasil negatif. Hal ini mengacu pada klasifikasi badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) terhadap penyakit kusta, yaitu:
• Paucibacillary, yaitu terdapat lesi kulit meskipun hasil tes kerokan kulit (smear) negatif
• Multibacillary, yaitu terdapat lesi kulit dengan hasil tes kerokan kulit (smear) positif
Jika lepra yang diderita sudah cukup parah, kemungkinan dokter akan melakukan tes pendukung untuk memeriksa apakah bakteri Mycobacterium leprae sudah menyebar ke organ lain atau belum. Contoh pemeriksaannya adalah: hitung darah lengkap, tes fungsi liver atau hati, tes kreatinin, biopsi saraf.
Pengobatan kusta
Metode utama yang dilakukan dalam pengobatan kusta adalah menggunakan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberikan obat antibiotik yang dikonsumsi selama 1-2 tahun, adapun durasi, jenis, dan dosisnya sendiri akan disesuaikan dengan jenis kusta yang diderita.
Di Indonesia sendiri, pengobatan kusta yang paling umum diterapkan adalah metode Multidrug Therapy (MDT), yaitu prosedur pengobatan yang mengkombinasikan dua antibiotik atau lebih. Apabila dibutuhkan penanganan lanjutan, biasanya akan dilakukan operasi dengan tujuan:
Mengembalikan fungsi anggota tubuh
Menormalkan kembali saraf yang rusak
Memperbaiki bentuk tubuh yang mengalami kecacatan
Apa yang terjadi jika kusta lambat ditangani?
Apabila penyakit Kusta terlambat disembuhkan atau penangannya tidak tepat, maka hal ini bisa menyebabkan gangguan penciuman dan penglihatan, serta gangguan fungsi sensorik dan motorik pada ekstremitas (tangan dan kaki) secara permanen yang akhirnya menimbulkan komplikasi berupa infeksi dan self-mutilating.
Penyakit Kusta memang bisa disembuhkan, namun alangkah baiknya jika kondisi ini segera dikonsultasikan ke dokter apabila ditemukan gejala-gejala yang mengarah pada penyakit Kusta ini
Edukasi pencegahan kusta
• Pada pasien juga dilakukan edukasi agar komplikasi dapat dideteksi dini atau diminimalisir.
• Lindungilah tangan dari benda yang panas atau tajam dengan menggunakan sarung tangan tebal.
• Pasien disarankan untuk memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur.
• Pasien disarankan untuk melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik,
• Untuk pasien lepra dengan kecacatan pada mata sehingga mata tidak dapat ditutup (Lagophthalmos) maka pasien disarankan untuk menggunakan kacamata sehingga dapat terlindungi dari debu, ketika tidur tutup mata dengan menggunakan sepotong kain basah, menggunakan artificial tears bila mata sangat kering.
• Pasien lepra yang mengalami mati rasa di kaki harus selalu menggunakan alas kaki, memeriksa apakah di kaki ada luka, lecet atau memar serta menghindari penekanan telapak kaki seperti berdiri terlalu lama atau jongkok terlalu lama. Pilih alas kaki yang empuk di bagian dalam tetapi keras di bagian luar untuk melindungi kaki .
• Periksa kaki secara rutin untuk mengetahui apakah ada luka atau tidak. Bila kaki kering dan tebal dapat menggunakan pelembab seperti minyak kelapa.