Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah salah satu jenis gangguan mental yang membuat penderitanya melakukan tindakan tertentu berulang kali. OCD ini sedikit berkaitan dengan gangguan cemas.
Perilaku tersebut tidak bisa dikenadalikan oleh penderitanya. Apabila tidak menghiraukannya, penderitanya akan merasakan cemas yang berlebih. Oleh sebab itu, OCD adalah gangguan kesehatan mental yang dapat mempengaruhi kehidupan penderitanya secara signifikan.
Apa itu OCD (Obsessive Compulsive Disorder)?
Obsessive compulsive disorder atau yang biasa dikenal dengan sebutan OCD adalah masalah mental yang membuat pengidapnya melakukan suatu tindakan tertentu secara berulang-ulang.
Karena itulah, OCD adalah masalah kesehatan mental yang dapat mempengaruhi kehidupan penderitanya secara keseluruhan.
Contoh dari obsessive compulsive disorder ini adalah perilaku sesorang berupa mencuci tangannya berulang kali karena takut secara berlebihan terhadap kontaminasi bakteri
Penyebab OCD
OCD adalah gangguan mental yang bisa diderita oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sekalipun.
Hingga kini, penyebab OCD masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu terjadinya OCD, diantaranya:
– Faktor genetik atau keturunan
– Pengaruh lingkungan sekitar
– Gangguan senyawa kimia (neurotransmitter) di dalam otak, seperti norepinefrin dan serotonin
– Gangguan emosi
– Trauma
Gejala OCD
Penderita obsessive compulsive disorder terkadang tidak menyadari bahwa tindakan atau perilakunya dilakukan secara berlebihan. Umumnya penderita akan merasakan gejala OCD pada dua aspek sekaligus, yaitu obsesi dan kompulsif. Namun ini tidak menutup kemungkinan penderita OCD hanya mengalami salah satu gejalanya saja.
Diagnosis OCD
Biasanya, dokter akan mendiagnosis penyakit OCD melalui beberapa tindakan. Hal pertama yang dilakukan oleh dokter dalam mendiagnosis penyakit OCD adalah wawancara medis.
Setelah menggali keluhan dan riwayat penyakit pasien, kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Apabila tidak ditemukan adanya penyakit atau masalah kesehatan lain, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa evaluasi terhadap psikologis pasien.
Apabla tidak ditemukan adanya penyakit atau masalah kesehatan lain, doter akan melanjutkan pemeriksaan berupa evaluasi terhadap psikologis pasien. Evaluasi ini dilakukan dengan metode wawancara yang lebih mendalam antara dokter dengan pasien.
Dokter secara umum akan mengacu pada teori dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM) dari American Psychiatric Assocoationuntuk mendiagnosis OCD.
Pengobatan OCD
Dokter juga dapat meresepkan obat psikiatrik yang disebut inhibitor reuptake serotonin selektif. Obat ini dapat membantu pengidap mengendalikan obsesi dan kompulsi. Namun, diperlukan waktu dua hingga empat bulan untuk obat ini mulai bekerja.
Obat psikiatrik yang umum diresepkan yaitu citalopram, clomipramine, escitaloparm, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertraline. Jika gejala masih ada, dokter mungkin akan meresepkan obat antipsikotik seperti aripiprazole dan risperidone.
Pencegahan OCD
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah OCD, Namun, mendapatkan pengobatan sesegera mungkin dapat membantu mencegah OCD memburuk dan semakin mengganggu rutinitas pengidap.
Komplikasi OCD
OCD ynag tidak mendapatkan penanganan bisa berujung munculnya berbagai komplikasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental pengidapnya, seperti stress, depresi, dan gangguan kecemasan.
Selain itu, beberapa komplikasi yang dapat terjadi termasuk:
– Masalah kesehatan: seperti dermatitis kontak karena sering mencuci tangan.
– Kesulitan untuk bekerja, sekolah, atau melakukan kegiatan sosial.
– Mengalami masalah dapat hubungan dengan keluarga, ataupun lingkungan sekitar.
– Memiliki kualitas hidup yang buruk
– Memiliki pikiran atau perilaku yang dapat membahayakan diri.
Kapan harus ke dokter?
Jika kamu merasakan gejala OCD yang semakin mengganggu, segera lakukan penanganan di rumah sakit terdekat.